Belajar Mengutip

Nama : Dewi Wulandari
NIM : 109321422599
Prodi : Pendidikan Fisika
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Keilmuan



Pendidikan sebagai Kebutuhan dan Investasi Jangka Panjang

Kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan sandang, pangan, dan papan saja, tetapi ada kebutuhan lain yang tidak kalah penting untuk dipenuhi yaitu pendidikan. Haryadi (2006) menyatakan bahwa,

Posisi pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat merupakan sebuah keharusan dan kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Pendidikan merupakan asupan sehari-hari yang harus dikonsumsi. Sekali seseorang tidak mengenyam asupan gizi mental ini, maka mereka akan menjadi manusia gersang dan teralienasi dari realitas masyarakatnya.

Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Mulai dari aspek sosial hingga aspek ekonomi hingga pengaruh terhadap pembangunan nasional, seperti yang dikemukakan oleh Nurkolis (2002) bahwa ,“sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya”.
Selain itu, di sisi lain Nurkholis (2002) juga menyatakan biaya pendidikan tinggi yang kian mahal menyebabkan sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung pembangunan nasional. Di sisi lain pemerintah tidak menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. “Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berpikir panjang” (Kompas, 24 Mei 2002). “Penyelenggaraan pendidikan pun tampaknya cenderung mengikuti tuntutan pasar, menjadikan pendidikan seperti komoditas bahkan mengarah ke komersial” (Kompas, 29 Nopember 2007). Sehingga dalam konteks itu Haryadi (2006) berpendapat bahwa, “Dalam konteks itu pendidikan terus diartikan sebagai investasi…potensi kemanusiaan terkungkung menjadi komoditas jasa siap jual. Proses pemanusiaan manusia tereduksi menjadi paket investasi semakin besar investasinya, maka semakin besar pula hasil yang diperoleh “.Haryadi (2006) menarik kesimpulan bahwa,

Pendidikan diartikan sebagai investasi yang akhirnya akan menghasilkan profit yang besar bagi investornya, dengan mengambil contoh negera-negara Macan Asia, yaitu Jepang, Singapura, dan Malaysia. Semua orang mengganggap bahwa negara-negara tersebut menanamkan investasi besar dalam pendidikan yang akhirnya berbuah manis dengan perkembangan yang pesat di semua bidang, baik ekonomi, sosial, politik, kesejahteraan publik ataupun bidang yang lain.

Melihat fenomena ini Nurkholis (2002) menyatakan bahwa “pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD”.

Hal ini diperkuat oleh argumen yang dikemukakan oleh Haryadi (2002) bahwa, “pendidikan sebagai kebutuhan atau investasi jangka panjang tergantung dari sisi mana kita melihatnya”. Namun, tampak bahwa “Pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa“ (Nurkolis: 2002). Sehingga pendidikan tetap merupakan kebutuhan yang harus diprioritaskan setara dengan sandang, pangan, dan papan.









DAFTAR RUJUKAN

Nurkolis. 2002, Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang. Pendidikan Network, (Online), (http:// researchengines.com/nurkolis.html, diakses 2 Oktober 2009).

Forum Komunikasi Humas Perguruan Tinggi Semalang Raya. 2006, Benarkah Pendidikan itu Investor, Masalah Pendidikan (hlm. 38). Malang: Humas Universitas Negeri Malang.

Forum Komunikasi Humas Perguruan Tinggi Semalang Raya. 2007, Pendidikan Tinggi sebagai Sarana Publik, Masalah Pendidikan (hlm. 35-56). Malang: Humas Universitas Negeri Malang.

0 komentar:

Posting Komentar